A. Identitas
Nama :
Nadya Ayu Prastica
NPM :
15320062
Prodi :
Pendidikan Biologi ( B )
Semester : Tiga (3)
Dosen Pengampu : Agil Lepiyanto.,M.Pd.
B. Pengantar
Bissmilahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan
mengucap syukur alhamdullillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat karunianya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil
ringkasan materi Telaah Biologi SMP.
Penyusun
ringkasan materi ini adalah sebagai bukti bahwa saya telah melaksanakan dan
menyelesaikan tugas ringkasan materi Telaah Biologi SMP pertemuan ke sembilan.
Saya
menyadari bahwa penyusunan jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat saya harapkan.
Selama pertemuan ke sembilan mata kuliah Telaah Biologi SMP.
Wasasalamu’alaikum Wr.Wb
C. Substansi
Kajian
1.
Sistem
Ekskresi pada Manusia
2. Organ-organ penyususn sistem ekskresi
Manusia
3. Kelainan Sistem Ekskresi Manusia
4.
Pengertian
Sistem Ekskresi Pada Hewan
D. Review
Pembelajaran
Pengertian
sistem ekskresi
Sistem ekskresi merupakan proses
pembuangan zat-zat sisa metabolisme. Proses metabolisme tubuh meiputi proses
menghasilkan energi dan zat yang berguna bagi tubuh. Dalam proses metabolisme,
dihasilkan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Zat-zat ini harus
dikeluarkan dari tubuh karena dapat membahayakan tubuh.
Organ-organ
ekskresi pada manusia meliputi ginjal, kulit, paru-paru, dan hati
Organ-Organ
Penyusun Sistem Ekskresi Manusia
1.
Kulit
Kulit adalah organ pelindung yang
menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit merupakan lapisan sangat tipis dan
tebalnya hanya beberapa milimeter.
FUNGSI KULIT
·
Fungsi
kulit antara lain sebagai berikut:
·
mengeluarkan
keringat
·
pelindung
tubuh
·
menyimpan
kelebihan lemak
·
mengatur
suhu tubuh
·
tempat
pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang
mengandung ultraviolet
Organ
ini terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
a. Kulit Ari (Epidermis)
Kulit
ari tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan tanduk (stratum korneum),
lapisan granula (stratum granulosum), dan stratum germinativum.
Lapisan
tanduk (stratum korneum) berada pada bagian yang paling luar. Lapisan
ini berfungsi untuk melindungi sel-sel di dalamnya dan mencegah masuknya kuman
penyakit.
Lapisan
granula (stratum granulosum) terletak di bawah lapisan tanduk. lapisan
ini terdapat pigmen melanin yang memberikan warna pada kulit dan melindungi
kulit dari sengatan sinar matahari. Warna pigmen kulit bermacam-macam sehingga
ada orang yang berkulit hitam, sawo matang, atau kuning langsat. Bila lapisan
ini tidak mengandung pigmen kulit, orang tersebut dikenal sebagai orang albino.
Stratum
germinativum tersusun
atas dua lapisan sel. Lapisan atas (stratum spinosum) mengandung sel-sel
baru. Sel-sel ini akan terdorong ke atas menjadi bagian lapisan granula di
bawahnya terbentuk sel-sel baru yang dibuat oleh sel-sel yang terus-menerus
membelah (stratum basal).
b.
Kulit Jangat (Dermis)
Kulit
jangat terletak di bawah lapisan kulit ari. Di dalam kulit jangat terdapat
pembuluh darah, kelenjar keringat (glandula sudorifera), kelenjar minyak
(glandula sebassea), dan kantung rambut. Selain itu, terdapat juga
ujung-ujung saraf indera yang terdiri atas ujung saraf peraba dingin (korpuskula
krausse), peraba tekanan (korpuskula paccini), peraba panas (korpuskula
ruffinin), peraba sentuhan (korpuskula meissner), dan peraba nyeri.
Kelenjar
keringat berbentuk pipa terpilin, memanjang dari epidermis hingga masuk ke
bagian dermis. Pangkal kelenjarnya menggulung, dikelilingi oleh kapiler darah
dan serabut saraf simpatik. Dari kepiler darah inilah kelenjar keringat
menyerap cairan jaringan yang terdiri atas air, larutan garam, dan urea. Cairan
jaringan tersebut dikeluarkan sebagai keringat melalui saluran kelenjar
keringat dan akhirnya dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Pengeluaran keringat
dipengaruhi oleh cuaca (panas atau dingin), aktivitas, makanan, atau minuman.
c.
Jaringan Bawah Kulit (Subkutan)
Pada
jaringan bawah kulit, terdapat jaringan lemak (adiposa). Jaringan lemak
berfungsi untuk menumpuk lemak sebagai cadangan makanan dan menjaga suhu tubuh
agar tetap hangat.
Disamping
berfungsi sebagai alat ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai pelindung tubuh,
mencegah masuknya kuman penyakit, mengatur suhu tubuh, dan menjaga pengeluaran
air agar tidak berlebihan.
2.
Paru-paru
FUNGSI PARU-PARU
Paru-paru
merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru
manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk
mengeluarkan Karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O) yang dihasilkan dari proses
pernapasan. Jadi, tugas paru-paru adalah
mengeluarkan karbondioksida dan
uap air yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Jika tidak dikeluarkan, zat-zat
tersebut akan menjadi racun.
Didalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen,
sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh
yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.
Penyakit yg terdapat pada paru-paru :
1. Asma atau sesak nafas, yaitu
kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pernafasan yang diantaranya
disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.
2. Kanker Paru-Paru, yaitu gangguan
paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penyebab lain adalah terlalu
banyak menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi.
Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
3. Emphysema, adalah
penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya terisi udara.
3. Ginjal
Ginjal
merupakan alat pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk air seni (urin). Urin
mengandung air, urea, dan garam mineral. Ginjal tersusun atas kulit
ginjal (korteks),sumsum ginjal (medula), dan rongga
ginjal (pelvis). Ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh.
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, mengeluarkan sisa metabolisme, membuang
zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, dan mengatur keseimbangan air dan garam di
dalam darah.
kulit
ginjal terdapat nefron yang berfungsi sebagai alat penyaring
darah.
Cara
kerja ginjal sebagai alat ekskresi adalah dengan menyaring darah sehingga
zat-zat sisa yang terdapat di dalam darah dapat dikeluarkan dalam bentuk air
seni (urin). Prnyaringan darah hingga terbentuk urin meliputi tahap penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi), dan pengumpulan (augmentasi).
a.
Penyaringan (Filtrasi)
Darah
yang banyak mengandung zat sisa metabolisme masuk ke dalam ginjal melalui pembuluh
arteri ginjal (arteri renalis). Cairan tubuh keluar dari pembuluh arteri
dan masuk ke dalam badan malpighi. Membran glomerulus dan kapsul Bowman
bersifat permeabel terhadap air dan zat terlarut berukuran kecil sehingga dapat
menyaring molekul-molekul besar. Hasil saringan (filtrat) dari glomerulus dan
kapsul Bowman disebut filtrat glomerulusatau urin
primer. Dalam urin primer masih terdapat air, glukosa, asam amino, dan
garam mineral.
b.
Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)
Reabsorpsi
terjadi di tubulus kontortus proksimal. Hampir semua gula, vitamin, asam amino,
ion, dan air diserap kembali. Zat-zat yang masih berguna tadi dimasukkan
kembali ke dalam pembuluh darah yang terdapat di sekitar tubulus. Hasil
reabsorpsi berupa filtrat tubulus atau urin sekunder.
Urin sekunder mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang memberi warna
dan bau pada urin.
c.
Augmentasi
Di
tubulus kontortus distal, beberapa zat sisa seperti asam urat, ion hidrogen,
amonia, kreatin, dan beberapa obat ditambahkan ke dalam urin sekunder sehingga
tubuh terbebas dari zat-zat berbahaya. Urin sekunder yang telah ditambahkan
dengan berbagai zat tersebut disebut urin. Kemudian, urin
disalurkan melalui tubulus kolektivus ke rongga ginjal. Dari rongga ginjal,
urin menuju ke kantung kemih melalui saluran ginjal (ureter).
d.
Proses Pengeluaran Urin
Jika
kandung kemih penuh dengan urin, dinding kantong kemih akan tertekan. Kemudian
dinging otot kantong kemih meregang sehingga timbul rasa ingin buang ir kecil.
Selanjutnya, urin keluar melalui saluran kencing (uretra). Pengeluaran air
melalui urin ada hubungannya dengan pengeluaran air melalui keringat pada
kulit. Pada waktu dara dingin, badan kita tidak berkeringat. Pengeluaran air
dari dalam tubuh banyak dikeluarkan melalui urin sehingga kita sering buang air
kecil. Sebaliknya, pada waktu udara panas, badan kita banyak mengeluarkan
keringat dan jarang buang air kecil.
4. Hati
Hati
merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh
dan terletak di dalam rongga perut sebelah kanan di bawah diafragma.
Hati
mengeluarkan empedu yang berupa cairan kehijauan, rasanya pahit, pHnya netral,
dan mengandung kolesterol, garam-garam mineral, garam empedu, dan zat warna
empedu yang disebut bilirubin dan biliverdin. Garam-garam empedu
berfungsi dalam proses pencernaan makanan. Zat warna empedu yang berwarna hijau
kebiruan berasal dari perombakan hemoglobin sel darah merah di dalam hati. Zat
warna empedu diubah oleh bakteri usus menjadi urobilin yang berwarna kuning
coklat yang memberikan warna feses dan urin. Sisa-sisa pencernaan protein yang
berupa urea dibentuk juga di dalam hati. Urea kemudian dibawa oleh darah dan
selanjutnya masuk ke dalam ginjal. Akhirnya, dari ginjal dikeluarkan
bersama-sama dengan urin.
Selain
sebagai alat ekskresi, hati juga mempunyai fungsi lain yang sangat penting bagi
tubuh, yaitu:
- Sebagai tempat
penyimpanan gula dalam bentuk glikogen.
- Sebagai tempat
pembentukan dan pembongkaran protein. Hati membentuk protein akbumin,
protrombin, fibrinogen, dan urea.
- Sebagai tempat
membongkar sel darah merah (eritrosit) yang telah tua atau rusak.
Hemoglobin dalam eritrosit dibongkar menjadi zat besi, globin, dan hemin.
Hemin diurai menjadi bilirubin dan biliverdin.
- Pembentukan
dan pengeluaran cairan empedu.
- Menetralkan
obat dan racun.
- Tempat untuk
membuat vitamin A dari provitamin A.
Kelainan
dan Penyakit Pada Sistem Ekskresi Manusia
1. Anuria
Anuria adalah kegagalan ginjal
menghasilkan urin. Anuria bisa disebabkan oleh kurangnya tekanan untuk
melakukan filtrasi atau radang glomerulus, sehingga plasma darah tidak bisa
masuk ke dalam glomerulus. Kurangnya tekanan hidrostatis bisa disebabkan oleh
penyempitan (konstriksi) arteriol efferen oleh hormon epinefrin atau oleh
pendarahan sehingga darah tidak dialirkan ke ginjal.
2. Glikosuria
Glikosuria adalah ditemukannya glukosa
pada urin. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan pada badan
malphigi.
3. Albuminaria
Albuminaria adalah ditemukannya
protein albumin dalam urin. Keberadaan albumin yang berlebihan dalam urin
menunjukkan adanya kenaikan permeabilitas membran glomerulus. Albuminaria
disebabkan karena luka pada membran glomerulus sebagai akibat penyakit,
kenaikan tekanan darah, dan iritasi sel-sel ginjal oleh zat-zat, misalnya
racun, bakteri, eter, atau logam berat.
4. Hematuria
Keberadaan sel-sel darah merah di
dalam urin disebut hematuria. Penyebab hematuria adalah radang organ-organ
sistem urin karena penyakit atau iritasi oleh batu ginjal. Jika darah ditemukan
di dalam urin, kondisi ini menunjukkan adanya bagian saluran urin yang
mengalami pendarahan.
5. Bilirubinaria
Konsentrasi bilirubin dalam urin di
atas normal disebut bilirubinaria. Bilirubinaria menunjukkan adanya penguraian
hemoglobin dalam darah merah yang berlebihan atau adanya ketidakfungsian hati
atau kerusakan empedu.
6. Batu Ginjal
Batu ginjal merupakan benda keras yang
sering ditemukan di dalam saluran ginjal, pelvis ginjal, mauoun saluran urin.
Batu ini umumnya berdiameter 2-3 mm dengan permukaan kasar atau halus.
Kadang-kadang bisa ditemukan batu ginjal bercabang yang besar. Penyusun utama
batu ginjal adalah kristal-kristal asam urat, kalsium oksalat, dan kalsium
fosfat ditambah dengan kristal-kristal garam, magnesium fosfat, asam urat atau
sistin, dan mukoprotein. Terbentuknya batu ginjal bisa disebabkan oleh
konsentrasi garam-garam mineral yang berlebihan, penurunan jumlah air,
kebasaan, dan akeasamaan urin yang abnormal, atau aktivitas kelenjar paratiroid
yang berlebihan. Keberadaan batu ginjal bisa menyumbat ureter, menimbulkan
tukak, dan meningkatkan kemngkinan infeksi bakteri.
7. Nefritis Glomerulus
Nefritis glomerulus merupakan radang
ginjal yang melibatkan glomerulus. Salah satu penyebab paling umum adalah
reaksi alergi terhadap racun yang dilepaskan oleh bakteri Streptococcus yang
telah menginfeksi bagian tubuh lain, khususnya tenggorokan. Glomerulonefritis
memungkinkan sel-sel darah merah dan protein memasuki filtrat sehingga urin
mengandung banyak eritrosit dan protein. Glomerulonefritis yang parah bisa
menyebaban gagal ginjal.
8. Pielonefritis
Pielonefritis merupakan radang pelvis
ginjal, medula, dan korteks oleh infeksi bakteri. Infeksi ini biasanya berawal
dari pelvis ginjal kemudian melebar ke dalam ginjal. Piolonefritis bisa
menyebabkan kerusakan nefron dan korpuskulum renalis.
9. Kistitis
Kistitis adalah radang kantung kemih
yang melibatkan lapisan mukosa dan submukosa. kistitis bisa disebabkan oleh
infeksi bakteri, zat-zat kimia, atau luka mekanis.
10. Nefrosis
Nefrosis merupakan kondisi bocornya
membran glomerulus. Kebocoran ini memungkinkan sejumlah besar protein berpindah
dari darah menuju urin sehingga air dan natrium menumpuk dalam tubuh
menghasilkan pembengkakan (oedem), khususnya di sekitar lutut, kaki, abdomen,
dan mata. Nefrosis lebih umum terjadi pada anak-anak, namun bisa terjadi pada
semua usia. Meskipun tidak selalu menyembuhkan, hormon steroid sintetis
tertentu, seperti cortison dan prednison, yang mirip hormon yang disekresi
kelenjar adrenal, dapat menekan terjadinya nefrosis.
11. Polisistik
Polisistik bisa disebabkan oleh
kerusakan saluran ginjal yang merusak nefron dan mengkasilkan kista mirip
dilatasi sepanjang saluran. Kelainan ginjal ini umumnya dirurunkan. Dalam
jaringan ginjal muncul kista, lubang kecil, dan gelembung-gelembung berisi
cairan. Kista ini perlahan-lahan bertambah besar hingga menekan keluar jaringan
normal. Gagal ginjal sebagai akibat penyakit pilisistik biasanya terjadi pada
usia 40 tahun ke atas. Perkembangan polisistik dapat diperlambat dengan diet,
obat, dan pemasukan cairan.
12. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dihasilkan dari kondisi
yang mengganggu fungsi ginjal, yatu nefritis ginjal parah, trauma ginjal, atau
tidak adanya jaringan ginjal karena tumor. Kondisi tersebut menyebabkan
kerusakan pada semua nefron sehingga tidak berfungsi. Gagal ginjal yang parah
menyebabkan penumpukan urea dalam darah. Gagal ginjal total bisa menyebabkan
kematian dalam waktu 1-2 minggu.
13. Albino (bule)
Albino terjadi karena tidak adanya
pigmen melanin pada lapisan granulosum.
Sistem Ekskresi Hewan (Vertebrata dan Avertebrata)
Sistem Ekskresi pada Hewan terbagi
menjadi dua yakni Sistem Ekskresi Hewan Vertebrata dan Sistem Ekskresi Hewan
Avertebrata, Di dalam tubuh semua jenis hewan terjadi berbagai proses
metabolisme yang menghasilkan zat sisa. Zat-zat sisa metabolisme dikeluarkan
melalui alat ekskresi. Seperti halnya pada manusia, alat ekskresi utama pada
vertebrata terdiri dan ginjal, paru-paru, hati, dan kulit. Jenis vertebrata
Iainnya memiliki alat pengeluaran berupa ginjal dan paru-paru, kecuali kelompok
ikan. Proses pengeluaran karbon dioksida dan uap air pada ikan terjadi melalui
insang. Hewan tak bertulang belakang atau avertebrata memiliki alat-alat
pengeluaran dengan struktur yang lebih sederhana dibandingkan dengan alat-alat
pengeluaran hewan vertebrata.
1.Sistem
Ekskresi Pada Hewan Vertebrata :
a.
Sistem Ekskresi pada Aves
Alat-alat
pengeluaran aves (burung) terdiri atas ginjal, dan paru-panu. Ginjal burung
berjumlah dua buah dan berwarna cokelat. Ginjal memiliki saluran ginjal yang
bersama-sama dengan saluran dan kelenjar kelamin serta saluran pencernaan
bermuara di kloaka. Paru-paru burung berfungsi sama dengan paru-paru pada
hewan bertulang belakang yang lain. Pada proses pernapasan, paru-paru berfungsi
sebagai alat untuk mengeluarkan karbon dioksida dan uap air yang nerupakan
hasil oksidasi dalam tubuh burung.
b.
Sistem Ekskresi pada Reptilia
Alat-alat pengeluaran
reptilia terdiri atas ginjal. paru-paru, dan kulit. Bentuk ginjal reptilia
menyesuaikan bentuk tubuhnya. Misalnya, ginjal pada ular memanjang, sedangkan
ginjal pada kura-kura lebih melebar. Saluran ginjal pada kura-kura dan buaya
sangat pendek. Ular dan buaya tidak mempunyai kantong kemih, sedangkan kadal
mempunyai kantong kemih tipis yang langsung bermuara di kloaka.
c.
Sistem Ekskresi pada Amfibi
Amfibi artinya dapat
hidup di dua alam, yaitu darat dan air. Contoh hewan amfibi adalah katak. Alat
ekskresi utama pada katak adalah ginjal. Ginjal katak memiliki saluran yang
bermuara pada kloaka. Pada katak jantan, saluran yang berasal dari ginjal
bersatu dengan saluran dan kelenjar kelamin, sedangkan pada katak betina kedua
saluran tersebut terpisah. Ginjal katak terutama berfungsi untuk mengeluarkan
air yang berlebihan dalam tububnya. Kantong kemih yang menampung filtrat dan
ginjal digunakan pula untuk mengatur air. Ketika katak berada dalam air,
kantong kemihnya penuh berisi urine encer. Namun, ketika berada di darat, air
dalam kantong kemih diserap kembali ‘untuk rnengganti kehilangan air akibat
proses penguapan melalui kulit.
Kulit katak dapat mengeluarkan lendir
berfungsi untuk menjaga agar permukaan kulit tetap lembap atau basah. Permukaan
kulit yang lembap akan meningkatkan pertukaran gas dalam proses pernapasan
katak melalui kulit. Selain ginjal dan kulit, alat ekskresi katak yang lain
adalah paru-paru. Paru-paru katak berbentuk dua buah kantong berdinding tipis
yang berfungsi mengeluarkan karbon dioksida dan uap air.
d.
Sistem Ekskresi pada Pisces
Alat-alat pengeluaran ikan terdiri
atas
·
Ginjal,
·
Insang
·
Kulit.
Ikan
memiliki dua buah ginjal dengan bentuk memanjang. Pada ikan mas, saluran yang
berasal dari ginjal bersatu dengan saluran dan kelenjar kelamin dan bermuara
pada lubang yang sama, yaitu lubang urogenitalia di belakang anus.
Sebagai alat pengeluaran, insang ikan
berfungsi mengeluarkan karbon dioksida dan uap air yang merupakan zat-zat sisa
oksidasi dari dalam tubuh. Pada kulit ikan terdapat kelenjar lendir yang
menghasilkan lendir berfungsi untuk melicinkan kulit, terutama di bagian sisik.
Kulit yang licin akan memudahkan ikan bergerak di dalam air dan menghindar dan
pemangsa.
2.Sistem
Ekskresi pada Avertebrata
a.
Serangga
Salah satu contohnya serangga ialah
belakang. Hewan ini memiliki alat pengualaran berupa buluh-buluh Malpighi. Bulu
Malpighi terletak di dekat usus bagian belakang dan berwarna kekuning-kuningan.
Fungsi buluh Malpighi adalah menyerap zat-zat sisa dari proses metabolisme yang
terdapat di dalam daerah untuk dikeluarkan melalui usus yang terletak
dibelakang lambung
Belalang dan serangga lain menggunakan zat-zat sisa yang mengandung nitrogen
untuk membentuk kitin sebagai bahan kerangka luar. Kitin dapat mengeras apabila
bersenyawa dengan zat kapur atau kalsium.
b.Cacing
Cacing tanah
Cacing tanah mempunyai alat
pengeluaran yang disebut nefridia (tunggal: nefridium). Pada setiap segmen atau
ruas tubuh terdapat sepasang nefridia halus yang dinamakan metanefridu, kecuali
tiga segmen pertama dari arah depan dan segmen terakhir tubuhnya. Ujung dalam
dan nefridia terbuka dan berbentuk corong bersilia yang disebut netrostoma.
Bagian belakang nefrostoma berupa
saluran berliku-liku dan banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Bagian
belakang nefridium berhubungan dengan kantong kemih, selanjutnya bermuara pada
lubang pengeluaran yang disebut nefridiofor.
Cacing Pipih dan Cacing Pita
Cacing pipih dan cacing pita mempunyai alat pengeluaran berupa sel api yang
tersebar di antara sel-sel tubuh. Fungsi sel api adalah menyerap zat-zat sisa
dari proses metabolisme yang berlangsung dalam jaringan tubuh. Sel api memiliki
rambut getar (silia) untuk menggerakkan zat-zat sisa ke dalam saluran
pengumpul. Akhirnya, zat-zat sisa dibuang keluar melalui saluran yang bermuara
pada permukaan tubuh.
c. Protozoa
Protozoa artinya hewan dengan tubuh
yang terdiri atas satu sel, contohnya Amoeba sp. dan Paramaecium sp. Kedua
jenis hewan tersebut tidak memiliki sistem pengeluaran. Akan tetapi,
hewan-hewan tersebut dapat mengeluarkan zat-zat sisa hasil proses metabolisme
sehingga zat-zat sisa tersebut tidak menumpuk dan meracuni tubuh.
Proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme berlangsung secara difusi melalui
permukaan sel. Apabila sel tubuh kelebihan air, vakuola kontraktil (rongga
berdenyut) akan memompa air yang berlebihan keluar dari sel.
E. Kesimpulan
Sistem ekskresi merupakan proses
pembuangan zat-zat sisa metabolisme. Proses metabolisme tubuh meiputi proses
menghasilkan energi dan zat yang berguna bagi tubuh. Dalam proses metabolisme,
dihasilkan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Zat-zat ini harus
dikeluarkan dari tubuh karena dapat membahayakan tubuh.
Organ-organ
ekskresi pada manusia meliputi ginjal, kulit, paru-paru, dan hati.
Sistem Ekskresi pada Hewan terbagi
menjadi dua yakni Sistem Ekskresi Hewan Vertebrata dan Sistem Ekskresi Hewan
Avertebrata, Di dalam tubuh semua jenis hewan terjadi berbagai proses
metabolisme yang menghasilkan zat sisa. Zat-zat sisa metabolisme dikeluarkan
melalui alat ekskresi. Seperti halnya pada manusia, alat ekskresi utama pada
vertebrata terdiri dan ginjal, paru-paru, hati, dan kulit.. Hewan tak bertulang
belakang atau avertebrata memiliki alat-alat pengeluaran dengan struktur yang
lebih sederhana dibandingkan dengan alat-alat pengeluaran hewan vertebrata